( Tinjauan dari sisi hak pemain dan
penonton sepak bola )
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas
mengenai sanksi FIFA terhadap PSSI. Mengenai sepakbola Indonesia, FIFA telah
mengambil sikap. Badan tertinggi sepakbola dunia tersebut telah menjatuhkan
hukuman terhadap PSSI. Hukuman ini berlaku segera dan akan berlangsung hingga
waktu yang belum ditentukan. Selama masa hukuman, Indonesia kehilangan banyak
hak sepakbolanya, termasuk ikut serta dalam kejuaraan. Ada pengecualian,
memang, yang membuat Tim Nasional Indonesia tetap dapat ambil bagian di SEA
Games. Namun bukan itu poin utamanya. Lama atau tidaknya hukuman FIFA
tergantung PSSI sendiri. Sebagaimana hukuman yang berlaku segera, pencabutan
hukuman pun dapat dilakukan dengan segera. Selama, tentu saja, PSSI mampu
memenuhi empat ketentuan pencabutan hukuman yang ditentukan FIFA.
Ketentuan pertama dari empat ketentuan
tersebut adalah: Komite Eksekutif PSSI terpilih dapat mengelola perkara PSSI
secara mandiri dan tanpa pengaruh dari pihak ketiga, termasuk kementerian (atau
badan kementerian). Ketentuan kedua berisi pengembalian kewenangan terhadap tim
nasional Indonesia kepada PSSI: Tanggung jawab mengenai tim nasional Indonesa
kembali menjadi kewenangan PSSI. Seperti ketentuan kedua,
ketentuan ketiga dan keempat juga berisi
pengembalian kewenangan kepada PSSI (“tanggung jawab mengenai semua kejuaraan
PSSI kembali menjadi kewenangan PSSI atau liga yang dibawahinya” dan “semua
kesebelasan yang berlisensi PSSI di bawah regulasi lisensi kesebelasan PSSI
dapat berkompetisi di kejuaraan PSSI”).
Selama masa hukuman, PSSI kehilangan hak-hak
keanggotaan mereka di FIFA. Selain itu, semua kesebelasan Indonesia (tim
nasional atau klub) tidak dapat terlibat dalam kontak olah raga internasional.
Hak-hak yang hilang dan larangan yang berlaku termasuk hak untuk ikut serta
dalam kejuaraan FIFA dan AFC (Asian Football Confederation, Federasi Sepakbola
Asia). Hukuman yang dijatuhkan FIFA tidak hanya membatasi hak-hak kesebelasan.
Anggota dan pengurus PSSI juga tidak dapat terlibat, termasuk sebagai peserta,
dalam setiap program pengembangan bakat, kursus, atau pelatihan yang
diselenggarakan FIFA maupun AFC.
Secara khusus, dalam surat keputusannya, FIFA
menyoroti keikutsertaan tim nasional Indonesia di South East Asean Games 2015
(SEA Games 2015) di Singapura. Mengingat hal ini termasuk kontak olahraga
internasional, tim nasional Indonesia seharusnya tidak dapat ikut serta di
cabang olahraga sepakbola SEA Games 2015. Namun FIFA memberi pengecualian. Tim
nasional Indonesia dapat ikut serta di SEA Games 2015. “Secara khusus dan tidak
berhubungan dengan hukuman, Komite Eksekutif FIFA telah memutuskan bahwa tim
nasional Indonesia dapat meneruskan keikutsertaan mereka di SEA Games hingga
keikutsertaan mereka berakhir,” bunyi pernyataan FIFA di surat resmi yang
mereka keluarkan mengenai penjatuhan hukuman terhadap PSSI.
Sebagai catatan, pertandingan-pertandingan di
cabang olahraga sepakbola SEA Games tidak termasuk dalam agenda FIFA sehingga
hasil pertandingan-pertandingannya tidak akan memengaruhi peringkat Indonesia di
ranking FIFA dan, karenanya, tidak menjadi kewenangan FIFA juga melarang
Indonesia ikut serta di SEA Games.
Begitu juga kompetisi sepakbola nasional
yang masih dapat bergulir tanpa pengaruh sanksi tersebut. Sementara itu secara
terpisah presiden Joko Widodo mengatakan mendukung langkah Menpora soal
keputusannya terhadap PSSI. Melihat permasalahannya harus lebih lebar. Kita ini
hanya ingin ikut di ajang internasional atau berprestasi di ajang
internasional. Jika hanya ingin ikut ajang internasional namun selalu kalah,
lalu kebanggaan kita ada dimana, itu yang saya ingin tanyakan. Sebut Jokowi
dikutip dari CNN Indonesia.
Kita selalu ikut ajang internasional namun
selalu kalah. Yang kita lakukan adalah pembenahan total, pembenahan total daripada
kita punya prestasi seperti ini terus sepanjang masa. Menteri Pemuda dan
Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, dengan percaya diri menandatangani surat
keputusan pembekuan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Pembekuan ini
dibalas dengan penghentian kompetisi Qatar National Bank League 2015 oleh PSSI.
Pro dan kontra pun lantas menyeruak ke permukaan atas kejadian-kejadian ini. Atas
intervensi pemerintah ini, Indonesia berada dalam bayang-bayang hukuman dari
Federation Internationale de Football Association (FIFA), federasi sepakbola
tertinggi di dunia. Inilah yang memunculkan ketidaksetujuan sebagian publik
atas pembekuan PSSI yang dilakukan oleh Menpora.
Lantas apa yang akan terjadi jika FIFA
menghukum Indonesia dalam waktu dekat? Yang pasti Indonesia dipastikan tak bisa
mengikuti turnamen-turnamen internasional. Sedangkan timnas Indonesia
sendiri, akan berlaga pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018 sekaligus babak
kualifikasi Piala Asia 2019 pada Juni mendatang.
Dalam suratnya tertulis kronologis dan alasan
mengapa FIFA sampai harus memberikan suspensi kepada PSSI. Berikut adalah
intisari dari surat sanksi FIFA.
18
Februari 2015, PSSI menginformasikan kepada FIFA bahwa ISL ditunda karena
adanya BOPI yang jelas telah melanggar statuta FIFA.
4
April 2015, ISL berjalan tetapi 12 April kembali terhenti setelah BOPI
memberika surat peringatan (8 April) kepada PSSI tentang sanksi PSSI
karena dianggap memasukan 2 klub Persebaya dan Arema yang menurut BOPI tidak
direkomendasikan ikut kompetisi.
18
April 2015, La Nyalla Matalliti terpilih sebagai ketua PSSI dalam kongres PSSI.
22
April 2015, Menpora menerbitkan SK Pembekuan PSSI
4
Mei 2015, FIFA memperingatkan PSSI untuk membereskan segala permasalahan karena
telah melanggar statuta dan diberi batas waktu 29 Mei 2015.
22
Mei 2015, FIFA kembali mengingatkan Kemenpora tentang deadline keputusan FIFA.
30
Mei 2015, dari kronologis tersebut FIFA menjatuhkan sanksi (suspension) kepada
PSSI sehingga efeknya adalah sebagai berikut
1.
Klub dan tim nasional dilarang untuk mengikuti ajang internasional baik
kalender AFC maupun FIFA.
2.
Tidak bisa mengikuti program pengembangan, pelatihan, kursus oleh AFC maupun
FIFA selama masa sanksi.
3.
Pengecualian, timnas U-23 Sea Games masih bisa berlaga di Singapura.
4
syarat sanksi bisa dicabut jika :
1. Komite
Eksekutif PSSI yang terpilih mampu mengelola urusan PSSI secara independen dan
tanpa pengaruh dari pihak ketiga, termasuk Menteri (atau lembaganya).
2.
Tanggung jawab untuk tim nasional Indonesia wewenangnya dikembalikan kepada
PSSI.
3.
Tanggung jawab semua kompetisi PSSI dikembalikan wewenangnya kepada PSSI atau
Liga yang berada di bawahnya.
4.
Semua klub yang mendapatkan lisensi dari PSSI diperbolehkan bermain di
kompetisi PSSI.
Wakil Ketua DPR, Agus Hermanto. menyatakan,
sanksi dari FIFA kepada PSSI karena intervensi dari Kementerian Pemuda dan
Olahraga adalah malapetaka. Ini seperti malapetaka yang direncanakan. Kami
sampaikan pada menteri pemuda dan olahraga, pikirkan kembali, jangan merencanakan
malapetaka, kata Hermanto, di Gedung DPR, Jakarta, Senin. Kata dia, dengan
pembekuan PSSI oleh FIFA akan berdampak pada kehidupan orang banyak. Banyak
yang menggantungkan hidup di PSSI. Dengan dibekukan, maka jadi kesulitan
ekonomi baik itu pemain, suporter, malapetaka yang direncanakan ini menurut
saya jangan terjadi lagi, kata politisi Partai Demokrat itu.
Salah satu akibat pembekuan PSSI berujung
pelarangan semua turnamen PSSI, banyak pemain sepakbola profesional klub-klub
sepakbola Indonesia dan kontrak dari luar negeri terpaksa harus bertanding
sepakbola antar kampung demi sekedar menyambung hidup. Disebutkan
Hermanto, fungsi Kementerian Pemuda dan Olahraga bukan hanya mengatur, tapi
melayani dan melindungi. Apanya yang bangga. Kita di-banned kok bangga. Kita
gak boleh bangga. Kita ga boleh bermain di laga internasional, hanya tarkam
(antar kampung) saja, kok bangga, pandangan keliru, kata Agus.
FIFA telah menjatuhkan sanksi kepada PSSI
dengan melarang ikut pertandingan internasional kecuali Sea Games. Sanksi itu
dijatuhkan FIFA pada PSSI, Sabtu (30/5). Menanggapi itu, Presiden Jokowi,
menyatakan, ini momen paling tepat bagi PSSI untuk membenahi diri padahal FIFA
menjatuhkan sanksi kepada PSSI itu karena menilai pemerintah Indonesia
mengintervensi PSSI.
Fadli
Zon; Sanksi FIFA kemunduran sejarah sepakbola Indonesia
Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, menilai, sanksi
yang dijatuhkan FIFA kepada PSSI adalah bentuk kemunduran dari PSSI sebagai
induk cabang olahraga sepakbola di tanah air. Ini hal yang patut disayangkan,
sejarah sepakbola Indonesia jadi buram. Ini berpengaruh pada pengembangan
olahraga nasional. Kita berada di suatu masa kemunduran," kata dia, di
Gedung DPR, Jakarta, Senin.
Oleh karena itu, ia meminta pemerintah,
Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk segera bertindak guna mencabut sanksi
dari FIFA itu. Pemerintah harus perbaiki kebijakannya terhadap PSSI, jangan
pendekatannya like
and dislike, jangan karena orang, tapi PSSI secara institusi
dikorbankan, harus dipisahkan orang dan institusinya, kata karib mantan calon
presiden, Prabowo Subianto, itu.
Jangan karena hanya karena gak
suka sama pengurusnya malah dikorbankan. Itu kesalahan dalam kebijakan, kata
dia. FIFA telah menjatuhkan sanksi kepada PSSI dengan melarang ikut pertandingan
internasional kecuali Sea Games. Sanksi itu dijatuhkan FIFA pada PSSI
Sabtu (30/5).[adeM/antara]
Kesimpulan yang dapat saya jelaskan Jika di
tinjau dari sisi hak pemain sepak bola, bahwa para pemain sepak bola Indonesia
banyak tidak tidak memperoleh hak - hak
mereka hingga berbulan – bulan dalam melakukan kegiatan seharinya yang bermain
sepak bola atas adanya sanksi FIFA terhadap Indonesia akan berdampak kerugian
besar baik dari pemain maupun pelatih sepak bola. Disini Indonesia dipastikan
tidak dapat mengikuti kewajibanya dalam turnamen internasional baik dari timnas
maupun dari klubnya, kemungkinan sanksi ini akan berlangsung lama tergantung
dari keputusan FIFA. Hak pemain ini tidak akan ada berlaga dari kompetisi lokal
yang diakui FIFA atau otomatis sang juara hanya jago di kandang karena tidak
teruji kekuatannya di level internasional. Akan tetapi, dari pemain sepak bola
bisa melakukan permainan sepak bola antar kampung namun itu kerugian besar bagi
pesepak bola Indonesia yang tidak berlaga di Internasional. Bahwa kita tahu
Pemain sepakbola muda Indonesia memiliki potensi dan bakat yang luar biasa
seolah dilantarkan begitu saja sehingga tidak bisa menunjukkan performanya dan
aksinya pada turnamen internasional. Banyak juga sejumlah dari pemain asing
yang sudah naturalisasi dari Indonesia sekarang ia hanya gigit jari saja karena
bahwa kita tahu mereka para pemain naturalisasi juga tidak bisa memperkuat
timnas Indonesia ke tingkat internasional.
Jika di lihat dari sisi hak penonton sepak
bola, suporter Indonesia ini kecewa dengan adanya FIFA memberikan sanksi kepada
Pesepakbola Indonesia diman para penonton tidak lagi bisa mensupport serta
mendukung timnas Indonesia karena tidak ada pertandingan yang bisa diikuti oleh
timnas kita baik dari Pra Kualifikasi ASIA dan Piala Dunia, Piala AFF dan ASEAN
Games dll dan penonton juga rugi besar akan tidak ada tayangan sepakbola
Indonesia bahwa kita tahu apabila timnas kita berlaga penonton ikut menyaksikan
baik dari tribun lapangan maupun melalui televisi.
Sumber :
http://bidhuan.com/2015/05/30/ini-isi-sanksi-fifa-untuk-pssi-dan-komentar-pro-kontra-netizen-hiasi-sosmed/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar